Pemerintah Ohoi Watuar Kei Besar Kembali Gelar Tradisi Adat “Pela”

IMG_20241015_155143

MediatorMalukuNews.com_ Pemerintah Ohoi (Desa) Watuar, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) kembali menggelar ritual tradisi adat “Pella” yang selama ini sudah menjadi warisan leluhur di daerah Kepulauan Kei tersebut.

Hal ini disampaikan Penjabat (Pj) Kepala Ohoi (Desa) Watuar Adre Yamlean, melalui Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD), Andrianus Yamlean kepada wartawan di Ohoi Watuar, belum lama ini. (12/10/2024).

Dikatakan ritual adat inj dilakukan akibat terjadinya pelanggaran adat atau masalah perkawinan yang telah terjadi. Dimana, semestinya kata “Pela” otu berarti “ikatan adat” yang tak bisa diingkari sejak dahulu.

” Namanya juga kita manusia,. Apa mau dikata ? Semuanya telah terjadi,” ucap Yamlean pasrah.

Diketahui, Ohoi Watuar memiliki ikatan “Pela” dengan Ohoi Ohoinangan, Fangamas dan Rahareng.

Yamlean juga menjelaskan, ritual adat tersebut dilakukan untuk membersihkan atau meluruskan hukum atau aturan adat yang telah dilanggar.

Apalagi kata dia, tradisi adat yang diturunkan para leluhur ini juga telah vakum sekian lama yang waktunya kurang lebih 40-50 tahun lalu hingga saat ini.

Baca juga :   KPUD Malra Siap Terima Hasil Kesehatan Paslon Calkada dari RSUP Leimena Ambon

Dikatakan, pembersihan adat yang berlangsung ditandai dengan “Hawear” (Daun kelapa putih) dan “Van baran” (Busur panah) yang punya arti sangat menakjubkan.

Tak hanya itu, adapun sanksi adat yang dilanggar dari Ohoi Watuar itu dapat menebus iseluruh kesalahan/pelanggan adat yang telah terjadi, yakni memberikan satu buah Lela, Mas dan uang.

Perihal tersebut dapat dilakukan guna menjadi bukti cerita sejarah dan tanda (Tom-Tad)

Lebih lanjut, dikatakan, ritual itu tujuannya membersihkan seluruh kesalahan dan pelanggaran yang telah terjadi, agar seluruh usaha, baik pembangunan Ohoi dan pendidikan anak-anak di Ohoi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan dan cita-cita serta menjadi harapan bersama.

Untuk itu, Yamlean berharap, generasi muda penerus Ohoi ini jangan lagi melakukan pelanggaran adat istiadat yang berkaitan dengan ikatan “Pela”.

“Sebab namanya ‘Pela’ berarti ikatan satu keluarga yang sangat erat dan kuat,” tandas tokoh masyarakat tersebut.