Talud Pengaman Pantai Tepa MBD Ambruk, Pemda Diminta Turun Tangan

MediatorMalukuNews.com– Talud pengaman pantai Desa, Tepa Kecamatan Pulau Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD)kurang lebih sepanjang 800 meter terlihat ambruk dihantam amukan ombak dan angin musim barat.
Kondisi ambruknya Talud ini dinilai mengancam warga yang mendiami bibir pantai di sekitar Talud tersebut.
Karo Laipeny, warga kompleks Toilila – Tepa kepada wartawan baru -baru ini mengaku fenomena ambruknya talud ini meresahkan rasakan warga di sekitarnya.
“Kalo musim barat kencang berarti ombak sampai di muka rumah warga, dan katong (kami) harus mengungsi karena takut. Sehingga diharapkan kerusakan talud ini secepatnya diperbaiki supaya jangan sampai setiap ada musim barat warga merasa terancam,’ ujar warga ini.
Dampak ambruk ambruknya sarana ini, kata Laipeny cukup mengganggu aktifitas warga.
Dia mengaku pada musim barat (Desember) warga sekitar terpaksa mengungsi ke keluarganya yang berada jauh dari di lokasi talud berada, mengingat karena gelombang kencang disertai tiupan angin menghantar akibatnya air laut masuk menerobos rumah warga dan menggenangi tempat tidur dan seisi rumah kediaman mereka.
Kondisi ini – menurut Karo Laipeny, Sudah terjadi sejak awal proyek pembangunan proyek talud penahan ombak itu selesai dikerjakan belum lama ini. Diduga konstruksi talud penahan ombak dibangun asal jadi sehingga tak kuat menahan benturan ombak, dan ambruk berantakan hingga berlanjut sampai 2023 kemarin.
Diungkapkan, apabila tahun Ini (2024) Pemerintah Provinsi Maluku atau Pemerintah Kabupaten MBD tidak segera turun tangan mengalokasikan anggaran memperbaiki talud itu- maka diduga bila datang musim barat tiba sudah diduga kuat warga setempat kembali mengungsi dari kediaman mereka.
“Kondisi ini kategori bencana, yang sudah berlangsung dua tahun sehingga segera disikapi bersama,” pinta Karo Laipeny.
Di tempat terpisah, sejumlah warga yang mendiami Kota Tua (Tepa) yang enggan mempublikasikan namanya membeberkan, pekerjaan proyek itu dikerjakan kontraktor pelaksana berinisial JL, yang panjangnya kurang lebih 700 meter yang menelan anggaran negara senilai Rp 800 juta lebih, dengan kontruksi beton. Sayangnya diduga konstruksinya menggunakan air garam untuk campuran material semen, pasir dan batu sehingga kontruksi diduga tak rekat/lengket dengan baik akibatnya usai kerja langsung ambruk dipapar ombak.
Olehnya warga meminta kepada pihak pemerintah terkait serius menyikapi persoalan talud ambruk ini – karena nantinya bencana gelombang pesisir sewaku waktu bisa mengancam keselamatan Adan kediaman warga.
Wakil rakyat yang duduk di legislatif khusus Komisi III, diharapkan melakukan ‘ Going on the spot’ meninjau dari dekat pekerjaan proyek yang diduga menyalahi Bestek, agar dapat direkomendasikan ke pihak berwenang untuk mengusut proyek diduga asal jadi ini karena sudah menelan banyak uang negara tapi faktanya dinilai tak layak melindungi wilayah kediaman warga setempat.
“Sehingga akhirnya tidak terkesan hanya dibuat demi kepentingan rakyat. Padahal warga tersandera akibat ulah oknum kontraktor nakal demi meraup keuntungan kantong pribadi,” ungkap sumber.
Sementara itu, sejumlah pihak terkait yang berhubungan dengan pembagunan proyek ini belum berhasil dikonfirmasi soal keberadaan fakta dan kondisi proyek tersebut. (Tim)